Ulasan The Human Centipede – Di antara sekian banyak genre, masyarakat Indonesia yang awam tentang film sering kali keliru terhadap beberapa kategori dikira sebagai horror Bahkan tidak hanya film horror namun di sini Judi Poker uang asli terpercaya juga menjadi incaran banyak orang. Pokoknya segala sesuatu dengan suasana mencekam dan gelap langsung dibilangnya film horror. Padahal, bisa saja genre film yang barusan mereka tonton itu sebenarnya merupakan jenis thriller, misteri, slasher, atau bahkan gore.
Nah loh, kamu jadi bingung dan bertanya-tanya, gore itu film apaan? Seumur-umur baru pernah denger tuh. Buat pencerahan, contoh film gore tersukses sepanjang masa yaitu adalah serial SAW dari film judi mengenai sbobetmobile. Tapi ada lagi film dengan ide sakit jiwa yang jauh lebih gila dari SAW, yaitu The Human Centipede. Kita akan bahas satu persatu mulai dari SAW ya.
Begini, kalo kamu masih inget, dulu ada film SAW yang fenomenal dan sempet booming di awal 2000 an. Adegan di dalamnya penuh dengan pemotongan anggota tubuh yang bikin badan ngilu melihatnya. SAW merupakan salah satu film layar lebar yang sukses dengan membawa tema gore. Sebenarnya, film gore sangat spesifik dan terbatas para peminatnya karena bukan merupakan tipe yang bisa dinikmati semua kalangan.
Kesuksesan SAW adalah ia masih menonjolkan alur cerita yang kuat serta premis yang menarik. Tanpa aspek tersebut, SAW hanya akan jadi fanservice bagi segelintir orang tertentu saja, dan mustahil bisa masuk box office dunia. Pasalnya, kebanyakan film gore tidak terlalu fokus ke kualitas cerita, melainkan lebih kepada eksploitasi adegan sadis macam tubuh terbelah dua.
Idealisme Sang Sutradara The Human Centipede
The Human Centipede memiliki skala kesadisan berpuluh kali lipat jauhnya dibandingkan sang senior yaitu SAW. Premis ceritanya saja sudah buat kita mikir keras bertanya, kenapa ada orang kepikiran bikin film yang naskahnya aneh bin ajaib. Gara-gara itu, rating film ini selalu buruk bahkan hingga sekuel ketiganya. Namun Tom Six sang sutradara, rupanya tidak peduli dan memilih untuk idealis terhadap karya absurd ciptaannya itu. Ia konsisten membawa kengerian yang sama dan bahkan lebih parah tiap kali episode berikutnya diluncurkan.
Alkisah dua gadis wisatawan yang hobi berpetualang bersama kali ini berniat menjelajahi sebuah hutan di negara Hitler, Jerman. Saudara sekalian, mari kita sambut sepasang sahabat baik yaitu Lindsay dan Jenny. Nasib sial menimpa mereka tatkala mobil yang mereka kendarai mengalami kebocoran pada ban. Naasnya, ngapain juga itu mobil sempet-sempetnya bocor ban di tengah hutan yang mana sinyal ponsel aja susah buat menembusnya.
Di tengah keputus asaan, betapa bersyukurnya mereka saat mendapati sebuah rumah yang ditinggali seorang dokter bernama bapak Heiter. Si pemilik rumah menyambut tamu asingnya yang kehausan dengan ramah, lalu menyuguhkan minuman segar sebagai bentuk kepedulian. Sebelum sempat menyadari, Lindsay dan Jenny terlanjur pingsan duluan tanpa tahu bahwa minuman mereka telah dibumbui obat bius.
Bapak Heiter bukan sembarangan menyandang gelar kedokteran, apalagi cuma sekedar dokter umum yang buka klinik di komplek perumahan. Beliau adalah seorang jago bedah legendaris yang berprestasi atas kesuksesannya mengoperasi banyak pasien pengidap kelainan kembar siam. Saking terobsesinya ia dengan profesinya, dokter Heiter punya hasrat kebablasan sampai ketagihan untuk melakukan mal praktek.
Bedanya, kali ini tercetuslah sebuah ide terbalik di mana ia penasaran bagaimana jadinya kalau menyambungkan tubuh sesama manusia. Rancangan blueprint beliau adalah menciptakan sosok manusia yang saling terjahit melalui mulut dan anus sehingga sekilas akan terlihat menyerupai kelabang.
Kengerian Di luar Nalar Disajikan
Mimpi buruk para gadis pun bermula dari sini. Ketika membuka mata, betapa terkejutnya saat melihat tangan dan kaki mereka sudah terikat di meja operasi. Pak Heiter masih belum puas apabila hanya membuat dua orang saja yang dijahit menjadi satu kesatuan. Jadi, ia menunggu dengan sabar untuk mendapati satu mangsa lagi yang bakal menjadi korban ambisi ekstrimnya.
Akhirnya terciduklah satu orang pria berkebangsaan Jepang yang entah bagaimana bisa terperangkap dalam jebakan dokter Heiter. Beliau berpendapat bahwa si cowo Jepang lebih baik berada di posisi terdepan, soalnya dia ngoceh apapun toh pak Heiter gak bakal paham juga. Singkat cerita, mulut Lindsay dijahit ke anus si pria Jepang, sementara anus nya dijahit ke mulut Jenny. Agar tidak melawan, semua kaki mereka diamputasi sampai tersisa lututnya saja, dan selesailah sudah eksperimen paling revolusioner abad ini.
Bagian akhir dari kisah menyeramkan ini berpusat pada terkuaknya kasus manusia kelabang ciptaan dokter Heiter. Nantinya akan muncul dua orang detektif yang curiga dengan tingkah laku pak Heiter sepanjang berbincang-bincang dengan mereka. Kalau kalian penasaran Ulasan The Human Centipede bagaimana nasib Lindsay dan Jenny, apakah berhasil selamat atau malah wassalam? Silahkan tonton saja sendiri ya. Yang pasti, setelah menonton film ini dijamin selera makanmu akan memburuk setidaknya untuk sebulan ke depan.