Perayaan Tom and Jerry bermula dari pembuatan karakter orisinal hasil pemikiran sepasang kartunis profesional ternama dunia, Bill Hanna dan Joseph Barbera. Mereka telah sekian lama mengabdikan dirinya pada divisi animasi Studio MGM, Amerika Serikat, dan tidak akan pernah menyangka bahwa tokoh kucing dan tikus ini masih eksis selama beberapa dekade setelahnya.
Secara garis besar, Tom and Jerry akan dikenal khalayak ramai sebagai kisah dua hewan berbeda yang saling bermusuhan dan selalu sibuk saling kejar – kejaran. Meskipun anggapan tersebut tidak salah, namun sebetulnya apa yang tersimpan dalam film animasi ini jauh lebih dalam dan kompleks lagi daripada sekedar aksi kucing memburu tikus yang penuh dengan adegan komedi jenaka penciptanya.
Pada awal kali ingin menciptakan sebuah karakter baru, Hanna dan Barbera masih muda dan bahkan belum menyentuh usia 30 tahun kala itu. Mereka hanya memiliki cita – cita untuk meniru kesuksesan karakter animasi yang sudah lebih dulu populer seperti misalnya Mickey Mouse ataupun Porky Pig.
Judul perdana animasi ini adalah Puss Gets the Boot yang rilis kepada publik di Slot Gacor Hari Ini Gampang Maxwin negara barat tahun 1940 ketika Perang Dunia II masih berlangsung. Sebagai sebuah animasi pendek, film ini terbukti cukup sukses dan bahkan berhasil masuk nominasi Academy Awards, meskipun Hanna dan Barbera tidak mendapatkan kredit penghormatan sebagai pencipta karya utama pada saat itu.
Memiliki nama awal Jasper and Jinx, entah mengapa duet kreator ini merasa janggal dan ingin menggantinya dengan sesuatu yang lebih merakyat. Alhasil, ketok palu di antara keduanya bersepakat untuk mengganti namanya menjadi Tom and Jerry, sesuatu yang akan menjelma menjadi ikonik kebesaran tokoh animasi di masa mendatang.
Perayaan Tom and Jerry Tergambarkan Dalam Sebuah Review Singkat
Barbera mengaku bahwa ia dan rekannya sama sekali tidak merencanakan untuk membuat Tom and Jerry menjadi ‘bisu’ pada filmnya. Hal itu lebih kepada referensi saja, mengingat mereka hidup dan tumbuh besar berdasarkan pop culture lawas yang saat itu tengah naik daun yaitu Charlie Chaplin, tandasnya.
Merasa tertantang oleh kesuksesan Charlie Chaplin, merekapun berinisiasi untuk menciptakan film animasi tanpa dialog dan mengharapkan dapat mengikuti jejak pendahulunya. Meskipun tidak bisu secara keseluruhan, terkadang kita dapat mendengarkan Tom menjerit kesakitan yang diisi suaranya secara langsung oleh Hanna itu sendiri sebagai sang pencipta tokoh kucing ini.
Duet Hanna dan Barbera terus berlanjut selama dua dekade, mulai dari 1940 hingga berakhir pada 1960, mengepalai produksi film ini tanpa kenal lelah. Anggaran film animasi Tom and Jerry pun tidak main – main, pada masanya ia menghabiskan dana senilai US $500 ribu per minggunya sehingga episodenya tidak mungkin dibuat dalam jumlah banyak setiap tahun.
Tom and Jerry sepanjang kepimpinan Hanna Barbera mencapai puncak masa kejayaannya hingga dianggap sebagai salah satu animasi terbaik sepanjang masa. Hal ini dapat terjadi berkat kepiawaian mereka merepresentasikan latar belakang mendetail, serta kemampuan menyajikan gambar tangan 2d menjadi sebuah animasi bergerak.
Tom and Jerry berhasil meraih total hingga 7 Academy Awards pada era keemasannya, bahkan sempat muncul sebagai cameo di beberapa film Hollywood. Seorang pengamat sejarah film kartu yaitu Jerry Beck berujar bahwasanya serial Tom and Jerry sama sekali tak akan lekang maupun tergerus oleh waktu serta perubahan zaman.
Mahakarya Abadi Melampaui Esensi Sebuah Film Animasi
Sepasang tikus dan kucing ini seolah abadi, tak pernah memudar kharismanya, sama seperti sebuah lukisan mahakarya Leonardo da Vinci. Walaupun lukisan itu dibuat pada abad ke 17 atau 18, namun ia bukan menjadi usang, melainkan semakin bertambah nilai artistiknya berkat unsur lifetime achievement melekat padanya.
Perayaan Tom and Jerry sebagai sebuah contoh kesuksesan film animasi juga menjadi teladan bagi serial modern setelahnya, seperti salah satunya yaitu review komik Avatar the Legend of Aang. Seakan tak rela melihat versi tamatnya di Nickelodeon, para penggemar menuntut kelanjutan kisah biksu kecil dari kuil udara ini sehingga studio pembuatnya memutuskan melanjutkan cerita dalam versi buku komik.
Selanjutnya, Hanna dan Barbera sempat menguasai departemen animasi di studio MGM tatkala Fred Quimby memutuskan untuk pensiun di pertengahan 1950. Televisi saat itu sedang menjadi primadona, sehingga popularitas animas ikut menurun seiring ditutupnya divisi animasi MGM tepat pada 1957 silam.
Bagaimanapun juga, mereka tidak pernah menyerah untuk menghidupkan kembali kisah Tom and Jerry hingga berbuah pada kesuksesan besar hari ini. Kartun ini bisa berhasil karena penggabungan sempurna antara latar belakang musik serta timing yang pas manakala sedang melontarkan komedi slapstick hiperboliknya.
Formula ini sangat ajaib dan saling berkesinambungan, hingga merasuk ke dalam film menjadi nyawa inti dalam Tom and Jerry. Tanpa adegan muka rata dan tubuh lonjongnya, mustahil perseteruan tikus dan kucing ini dapat bertahan hingga delapan dekade lamanya, bahkan sedang mempersiapkan diri untuk pembuatan versi live actionnya pada tahun 2021 nanti.